Sampe'
Alat musik tradisional Sampe' ini terbuat dari
bahan kayu pilihan yang banyak terdapat di Kalimantan Timur, antara lain kayu
meranti, kayu pelantan, kayu adau, kayu marang, kayu tabalok, dan sejenisnya.
Jenis kayu-kayu itu dipilih karena kuat, tidak mudah pecah, keras, tahan lama,
dan tidak mudah dirusak atau dimakan binatang seperti rayap. Semakin keras dan
banyak urat daging kayunya, maka suara yang dihasilkan sampe akan semaki baik
pula . Sedangkan dawai atau senar sampe, pada awalnya masih menggunakan
tali yang berasal dari serat pohon enau atau aren, namun sekarang senar sampe
sering dibuat dari bahan kawat tipis sehingga bunyinya akan terdengar lebih
nyaring.
Adapun bentuk alat musik sampe' ini mirip dengan
gitar, namun demikian namun sampe agak berbeda dengan gitar dalam cara
memainkannya. Dalam memainkan gitar harus menggunakan satu tangan saja untuk
memetik senar, sedangkan tangan lainnya difungsikan untuk mengatur nada pada
dawai yang terdapat pada gagang gitar. Lain halnya dengan sampe di mana alat
musik ini dapat dimainkan justru dengan jari-jari dari kedua belah tangan.
Selain itu, apabila gitar pada umumnya memiliki 6 senar, pada sampe biasanya
hanya terdapat 3 senar meskipun ada juga sampe yang bersenar 4 dan seterusnya.
Pada bagian kepala sampe (ujung gagang), dipasang hiasan ukiran yang
menggambarkan taring-taring dan kepala burung enggang.
Kadire'/Kaduri/Keluri
Kadire/kaduri/Keluri adalah termasuk alat musik
tiup yang bentuknya menyerupai keledi terbuat dari tempurung kelapa, buah labu
kering dan memiliki lima buah pipa bambu. Sumber bunyi kadire tidak diperoleh
dengan meniup buah labu yang dikeringkan, melainkan tempurung kelapa. Tempurung
kelapa ini berfungsi sebagai pengatur nada. Kadire dimainkan saat upacara adat
masyarakat Dayak Kenyah,Kayan,Bahau,Penan (rumpun apau kayan).
Gemer (Gendang)
Jatung Utang
Jatung utang ada juga yang berupa seperti
gambang, terbuat dari batangan kayu yang satu sama lainnya dirangkai dan diikat
dengan tali. Tiap lempengan kayu yang tersusun tersebut memiliki nada
tersendiri. Cara memainkannya adalah dengan cara dipukul menggunakan 2 buah
batang kayu yang terpisah, sehingga kedua tangan (kanan dan kiri) berfungsi
aktif. Jatung Utang digunakan sebagai alat pendukung pengiring upacara adat dan
tarian daerah.
Uding (Uring)
Uding / Uring adalah suatu alat musik pukul yang
terbuat dari batang bambu atau enai (aren) berdiameter 2 - 3 cm dengan panjang
20 cm dan memiliki rongga yang berisi sebuah biji kayu pada bagian
ujungnya.
Alat musik tradisional Uding atau Uring dari
Kalimantan Timur ini, hampir sama dengan alat music Karinding dari Jawa Barat atau genggong dari Bali. Cara memainkannya adalah dengan mendekatkannya
ke dalam rongga mulut, kemudian dipukul/disentil dengan jari untuk menghasilkan
nada. Variasi tinggi rendahnya nada yang dihasilkan adalah dengan memainkan /
menggerakkan rongga mulut sehingga tercipta nada yang diinginkan. Uding
memegang peranan penting untuk menghasilkan variasi bunyi nada yang lebih
beragam sehingga menghasilkan aransemen musik yang lebih meriah.
Gening(GONG)
Klentangan
Cara memainkannya adalah dengan cara dipukul
menggunakan 2 buah batang kayu yang terpisah, sehingga kedua tangan (kanan dan
kiri) berperan aktif. Klentangan digunakan sebagai alat pendukung pengiring
upacara adat dan tarian daerah.
Suliikng(suling)
Suliikng merupakan alat musik tiup yang
merupakan alat musik tradisional Kalimatan Timur. Suliikng berbahan dasar
batang bambu yang diberi lubang-lubang. Tiap lubang tersebut dapat menghasilkan
nada yang berbeda. Suliikng dimainkan dengan cara ditiup sambil menutup salah
satu / beberapa lubang dengan jari-jari tangan sehingga menghasilkan alunan
nada dengan pola tertentu.
Di Kalimantan Timur, dikenal 4 jenis suliikng
yang dibedakan berdasarkan bentuk dan ukurannya, yaitu serupaai, suliikng dewa,
kelalii dan tompong. Suliikng juga digunakan sebagai alat pendukung pengiring
upacara dan tarian daerah.
Jatung Adau / Tuwung / Tubung / Prahil
Jatung adau merupakan
alat musik membranofon dari Suku Dayak Kenyah yang tinggal di Kalimantan Timur.
Alat musik tradisional Jatung Adau ini memiliki banyak sebutan/nama, Suku Dayak
Modang menyebutnya Tuwung, Suku Dayak Kebahan menyebutnya Tubung, sedangkan
Suku Dayak Tunjung menyebutnya prahil. Alat musik yang sejenis dengan kendang
ini memiliki garis tengah 45 cm, dibagian ekor kurang lebih 25 cm dan panjang
seluruhnya sekitar 250 cm. Alat ini dibuat dari kayu adau yang kuat, liat, dan
tidak mudah pecah. Membrannya terbuat dari kulit lembu hutan atau kulit kijang
yang kemudian diikat dengan menggunakan rotan dan ring pengikat yang disebut
serapah.
Alat musik ini biasanya digunakan sebagai pengiring tari Belian, Jimamnugroho, dan Hudoq. Selain sebagai alat pengiring tari, Jatung Adau juga digunakan oleh suku kenyah untuk sebagai alat komunikasi seperti memberitakan kematian seseorang, tanda ketika terjadinya bencana, serta sebagai pengumuman jika ada anggota suku yang sakit keras. Walaupun Jatung Adau sifatnya bukan jenis alat musik Melodi akan tetapi peranya dalam aransement musik menjadi sebagai pengantar Rythe.
Alat musik ini biasanya digunakan sebagai pengiring tari Belian, Jimamnugroho, dan Hudoq. Selain sebagai alat pengiring tari, Jatung Adau juga digunakan oleh suku kenyah untuk sebagai alat komunikasi seperti memberitakan kematian seseorang, tanda ketika terjadinya bencana, serta sebagai pengumuman jika ada anggota suku yang sakit keras. Walaupun Jatung Adau sifatnya bukan jenis alat musik Melodi akan tetapi peranya dalam aransement musik menjadi sebagai pengantar Rythe.
Telawang (Perisai)
Lonjo (Tombak)
Dohong
Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan
tajam pada kedua sisinya (sebelah - menyebelah). Pada bagian ujungnya terbuat
dari tanduk dan sarungnya dari kayu. Senjata ini hanya boleh digunakan oleh
kepala-kepala suku.
Sumpit
Sumpit sering pula disebut sipet, merupakan
senjata tradisional Masyarakat Dayak, memiliki bentuk bulat dengan panjang
sekitar 1,5 sampai 2 meter. Keunggulannya adalah bisa digunakan sebagai senjata
jarak jauh dengan tingkat akurasi atau ketepatan menembak mencapai 200 m dan
tidak menimbulkan suara. Sumpit biasanya digunakan untuk berburu binatang dan
bisa juga dijadikan mas kawin.
Mandau
Pada dasarnya, jenis-jenis mandau pada semua
Masyarakat Dayak memiliki bentuk yang sama. Tetapi ada sedikit perbedaannya
jika dilihat dari sisi kelengkungan bilahnya, yaitu ada bilah yang agak condong
ke belakang. Ciri-ciri tersebut membedakan jenis-jenis Mandau Ilang yang hampir
lurus, Mandau Langgi Tinggang yang melengkung kebelakang, Mandau Naibur yang
memakai semacam pengait, hampir mirip dengan kembang kacang pada keris di dekat
pangkalnya. Selain itu, ada pula jenis Mandau Pakagan dan Mandau Bayou yang masing-masing
memiliki variasi bentuk tersendiri.
Keris
Keris adalah sejenis pedang pendek yang berasal dari pulau Jawa, Indonesia. Keris purba telah digunakan antara abad ke-9 dan 14. Selain digunakan sebagai senjata,keris juga sering dianggap memiliki kekuatan supranatural. Keris terbagi menjadi tiga bagian yaitu mata, hulu, dan sarung. Beberapa jenis keris memiliki mata pedang yang berkelok-kelok. Senjata ini sering disebut-sebut dalam berbagai legenda tradisional, seperti keris Mpu Gandring dalam legenda Ken Arok dan Ken Dedes.
Keris sendiri sebenarnya adalah senjata khas yang digunakan oleh
daerah-daerah yang memiliki rumpun Melayu atau bangsa Melayu. Pada saat ini,
Keberadaan Keris sangat umum dikenal di daerah Indonesia terutama di daerah
pulau Jawa dan Sumatra, Malaysia, Brunei, Thailand dan Filipina khususnya di
daerah Filipina selatan (Pulau Mindanao). Namun, bila dibandingkan dengan
Indonesia dan Malaysia, keberadaan keris dan pembuatnya di Filipina telah
menjadi hal yang sangat langka dan bahkan hampir punah.
No comments:
Post a Comment